“Saat terjun bebas, angin akan melepas semua beban”
– Tia Ariesta
Presentasi
“Gue sayang kamu”
“Apaan sih?”
“Gueee… sayaaaang… kamuuuu….”
“Roy, udah deh. Aku lagi pusing nih. Besok slide presentasi ini harus sudah jad…. ”
Cup. Sebuah ciuman. Tepat di keningku. Aku membeku
Paper
Ada perasaan yang mengganggu gue
Gue makin memikirkannya
Gue ngapain aja, dia selalu ada di titik fokus
Tuk. Kopi gue tumpah. Di meja kerja gue. Di atas paper yang sedang gue kerjain. Yang akan dikumpul besok.
Kotak Merah Muda
Oh darling, I love you so
If you’d ask me for my heart, there’s no way that I’ll say no
Oh darling, just take a chance please
So we can stay together till hell starts to freeze
Di rooftop Sky Dining, kau menculikku di hari lahirku. Sebuah kotak kecil merah muda dengan pita warna senada terbungkus rapi di meja kita. Meja nomor 16.
“Selamat Ulang Tahun, semoga panjang umur,” ucapmu waktu itu
Peran Antagonis
“Sepatunya unik”
“Ini nggak beli”
“Dikasih?”
“Bukan”
“Lalu?”
“Bikin Sendiri”
“Nggak mungkin!”
“Terserah!”
Perbincangan spontan itu mengalir. Dari sepatu gue, bahasan kita sampai pada hobi masing-masing. Kesukaanmu pada alam, dan kegilaan gue dengan Manchester United.
“Aku Tia”
“Gue Roy”
“Namamu jadul, kayak Roy Marten”
“Biarin, nama lo plesetan speaker, TOA”
Plak. Tamparan pelan membuat kulit kita bersentuhan
“Huh, jahat!!”
Gue terkekeh, “Roy Marten lagi dapat peran antagonis” Continue reading